PikiranRakyatPapua.com, Kota Sorong- Soal pemberitaan di sejumlah media online terkait dugaan pengeroyokan yang dilakukan enam oknum anggota TNI Angkatan Laut ditanggapi Pasintel Pasmar 3 Sorong, Kapten Ferry Napitupulu.
Pasintel Pasmar 3 Sorong Kapten Ferry Napitupulu menjelaskan, berawal saat kita melaksanakan pesiar di pantai Suprau hari minggu tanggal 3 Nopember 2024.
” Di tempat pesiar itu kita bakar-bakar ikan dan berenang. Kami juga sempat memutar musik untuk berkaraoke hingga pukul 21.00 WIT,” jelasnya, Sabtu, 09 Nopember 2024.
Lebih lanjut Ferry menjelaskan, di saat kita lagi mendengarkan musik ada satu orang yang duduknya kurang lebih 10 meter dari meja kita datang dan meminta ganti lagu yang sementara kita dengar.
” We ko ganti lagu itu, saya tidak suka lagu ko.
Dengan sikap kooperatif saya sampaikan kaka nanti saya putar lagu kaka setelah lagu ini selesai. Orang asing itu menjawab baik dan kembali duduk di mejanya,” ujar Ferry.
Ferry menambahkan, dirinya melihat ke meja orang asing itu mereka sedang minum-minum.
” Tujuan kami datang ke pantai Suprau hanya untuk hiburan makanya kami abaikan saja l, tidak mengurusi yang lainnya,” ungkapnya.
Ferry pun mengaku bahwa 10 menit kemudian orang pertama datang lagi membawa temanmya meminta hal yang sama dengan berkata we saya tidak suka dengan lagu ko ganti sudah, dengan keputusan saya, maka saya katakan stop lagu matikan sudah matikan.
” Saya tanya baik-baik kepada mereka, mohon maaf abang, abang darimana e dan mereka menjawab, saya Briptu Ardiles, anggota Brimob Saoka. Saya pun menjawab oh baik abang dan kembali bertanya lagi abang satu lagi dan dijawab, saya Aiptu leting 23 Brimob Saoka dan kembali saya jawab oh hormat kakak karena Aiptu senior dan dia kira juniornya semua jadi dia katakan seperti itu,” bebernya.
Ferry juga mengaku bahwa, anggotanya yang bernama Gusti memberi kode kepada kedua orang tadi bahwa itu perwira sehingga dua orang menyapa saya dengan sebutan komanda.
” Saya katakan oh adik balik, sudah balik-balik. Saya sudah berupaya agar tidak terjadi gesekan antara instansi. Saya lalu koordinasi dengan Danyon Brimob,” ujarnya.
Perwira pangkat Kapten itu selanjutnya berkoordinasi dengan Danyon Brimob dan langsung mengarahkan ke Pasi Ops yaitu Iptu Mesak.
Setelah berkoordinasi dengan Iptu Mesak. Ferry menyampaikan bahwa ada orang namanya Ardiles mengaku anggota Brimob berpangkat Briptu. Namun, dijawab oleh Iptu Mesak oh kita tidak ada yang nama Briptu Ardiles.
Mendengar jawaban Iptu Mesak, Ferry lalu meminta Iptu Mesak untuk mengirimkan anggota mengecek ke lokasi.
Tidak lama kemudian anggota Pawas atas nama Ipda Heri dengan 3 anggota menggunakan senjata, helm dan body face tiba di lokasi dan langsung membawa salah satu dari kedua orang yang ada di meja sebelah menuju markas Brimpb.
” Saya bertanya mengapa bapak hanya membawa Briptu Ardiles, baru yang satunya itu tidak dibawa, dijawab oleh Pawas bahwa dia itu orang sipil,” ungkapnya.
Ferry menyebut, anggotanya yang sudah terlanjur emosi dan tidak terkontrol langsung memukul seorang yang tadi bersama Briptu Ardiles.
Upaya untuk meredam mereka tetap tidak bisa karena 1 orang tidak mungkin mau melerai banyak orang yang sudah termakan emosi l. Saat itupun saya kena pukul. Akhirnya saya katakan kalau kalian masih menghargai saya hentikan.
” Jika kalian tidak menghargai saya mohon maaf saya pergi masalah tanggung sendiri, akhirnya mereka mereda,” tegas Ferry.
Ferry mengungkapkan bahwa dirinya bertanya kepada orang yang mengaku anggota Brimob
” Kamu Brimob tapi dia menjawab bukan, maaf pak saya mahasiswa. Lalu tadi mengapa kamu mengaku Brimob. Akhirnya saya menelpon Brimob yang asli Pak Hery, disini ada yang mengaku Brimob tolong dijemput kalau tidak dijemput tidak tahu jadinya apa. Saya kemudian menyerahkan HP dan motor kepada Pak Hery,” tuturnya.
Ferry mengaku bahwa Itulah itikad baik kami kepada Brimob agar tidak terjadi gesekan antara instansi.
” Kalau kami ambil tindakan mungkin kami ambil Mustakim dan langsung diserahkan ke Polres. Gampang bagi saya tapi sudahlah ada saksinya. Jadi, saksi itu bukan dari kita tapi dari teman-teman yang minum-minum itu dan mengaku Brimob juga,” ujarnya.
Ia menambahkan, setelah mereka dijemput, kira-kira pukul 20.00 WIT mereka kembali dan kami juga kembali menuju kilometer 16, dengan meminta pengawalan anggota Brimob guna menghindari gesekan.
Sayangnya setelah kejadian itu, keluarga korban melapor ke Pomal. Nah, pihak Pomal menjadwalkan mediasi hari Senin kemarin akan tetapi saya tak bisa hadir dikarenakan sedang mengikuti kegiatan.
” Saya tunjuklah dua perwira yakni Letnan Antonius dan Letnan Rahman dan anak-anak saat di lokasi untuk hadiri mediasi. Namun, jawaban dari mereka itu meminta uang senilai 280 juta. Letnan Rahman mengatakan akan saya sampaikan kepada komandan selanjutnya seperti apa,” kata Ferry kepada sejumlah awak media.
Diakui Ferry bahwa beberapa kali mediasi bahkan mediasi yang dilakukan di Polresta Sorong Kota keluarga korban tetap bertahan dengan pernyataannya.
” Saya tegaskan okelah versi saya ya versi saya dan versi mereka ya versi mereka. Cuma kalau saya hadirkan saksi teman-temannya yang minum itu mohon maaf pasti sudah membuat jelek instansi. Mustakim bisa kena UU dan diproses secara hukum,” pungkasnya.
Lebih lanjut Ferry mengatakan, melihat kondisi keluarga Mustakim mungkin kurang mampu sehingga kita beritikad baik untuk membiayai pengobatan mengingat adik Mustakim adalah tulang punggung keluarga yang bekerja untuk keluarga. Hanya saja pihak keluarga masih menuntut senilai 280 juta
” Itu yang saya sayangkan dan hari ini mau mediasi keempat tapi tiba-tiba berita mencuat di media online. Ular saja kalau diganggu akan menggigit, apalagi kita dan korban dalam kondisi mabuk,” tuturnya. (Edi)