PikiranRakyatPapua.com, Kota Malang- Umur dan keterbatasan tidak menjadi penghalang dalam mengembangkan kreativitas, apalagi usaha yang kemudian menghasilkan uang di era modern. Itulah yang dibuktikan Gloria Athena Melanesia Degree Assem, seorang siswi kelas sembilan di SMP Brawijaya Smart School (BSS) asal kabupaten Tambrauw, Papua Barat Daya.
Gloria Athena Melanesia Degree Assem tak hanya menekuni pendidikan formalnya di kota Malang, Jawa Timur, tetapi juga mengembangkan usaha kreatif berbasis kerajinan manik-manik.
Berawal dari tugas prakarya sekolah yang diapresiasi teman-temannya, Gloria kini telah meraih penghasilan jutaan rupiah dengan menjual aksesori hasil ronceannya. Dukungan penuh dari orang tua, terutama sang ibu yang merupakan penggiat pendidikan, membuat Gloria semakin termotivasi untuk mengembangkan bisnisnya menjadi merek yang dikenal luas, sembari menginspirasi generasi muda Papua untuk berani berwirausaha sejak dini.
Awalnya Gloria hanya membuat tugas prakarya yang ditugaskan gurunya, namun teman-temannya menilai hasil karyanya cantik dan indah. Dari situ ia mulai mencintai dunia Meronce. Meronce merupakan sautu seni merangkai manik-manik membentuk kalung, gantungan kunci, gantungan tas, gantungan Hp dan lainnya mempunyai nilai seni dan mendatangkan uang.
“Hai kaka. Awal mulanya saya hanya buat tugas prakarya yang ditugaskan oleh guru. Tetapi, teman-teman saya bilang hasilnya cantik, indah dan bagus. Saya dengar begitu. Saya termotivasi untuk membuat lebih banyak dan kemudian dijual,” ucap Gloria kepada wartawan, Sabtu (12/10/2024) di Kota Malang .
Gadis kelahiran Tambrauw itu mengaku baru memulai usahanya sejak awal September 2024, tetapi sudah mendapatkan penghasilan sekitar tiga juta rupiah.
Gloria yang sedang duduk di kelas sembilan itu anak asli Papua. Ia putri pertama dari pasangan Bartholomeus Assem dan Tenia Kurniawati. Ayahnya berasal dari kabupaten Tambrauw provinsi Papua Barat Daya.
Keseharian Gloria sebagai anak sekolah, punya jadwal tersendiri. Biasanya sekolah dari jam tujuh pagi hingga jam tiga sore. Usai kegiatan pembelajaran di kelas, gadis kecil ini mengisi waktunya untuk mengikuti ekstrakurikuler PMR (Palang Merah Remaja) di sekolahnya setiap satu minggu sekali.
Di luar jam ekstrakurikuler, ia juga mengikuti bimbingan belajar (bimbel) di lembaga bimbingan belajar dari jam lima sore sampai jam tujuh malam. Kegiatannya cukup padat, waktu liburnya hanya Sabtu dan Minggu.
Kadang ia gunakan waktu liburnya untuk ke gereja, bermain dengan teman-teman dan adiknya. Juga, membuat pesanan teman ataupun orang dari luar.
“Saya fokus pada sekolah dan bimbel. Saya merangkai manik-manik kalua waktu luang karena tujuan utama membuka usaha ini hanya mengisi waktu bebas saya dengan hal positif,” tuturnya.
Dara manis berambut ikal itu biasa dipanggil Glow sangat tertarik membuat aksesoris yang terbuat dari manik-manik. Keterampilan meronce manik-manik diperoleh dari pembelajaran keputrian di sekolah setiap hari Jumat.
Hasil roncean manik-manik rupanya menarik, sehingga diminati teman-temannya. Dari situlah Glow termotivasi untuk menekuni menjadi sebuah usaha kecil-kecilan. Ia bermimpi bisnis meroncenya berkembang hingga memiliki brand sendiri untuk memprodukasi kerajinan dari manik-manik seperti tas, dompet, keychan, dan lainnya.
“Pokoknya ke depan harus buat brand sendiri dengan berbagai inovasi yang akan saya hasilkan. Mudah-mudahan bisa dikenal masyarakat banyak dan menjadi motivasi untuk generasi muda Papua yang sedang sekolah dan bisa menekuni dunia bisnis,” pungkas Glow sambil tersenyum lebar.